Fakta Menarik Tentang Gunung Anak Krakatau
Dari Januari hingga April 2022, Anak Krakatau meletus 39 kali, yang memungkinkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk menganalisis evolusi aktivitas gunung.
Karena status Siaga III yang tinggi, abu Anak Krakatau mencapai banyak daerah antara lain daerah Karita, daerah Panimbang, daerah Sigeulis, Sumur Pantai, Pandeglang, daerah Banten dll. Anda juga harus tahu beberapa fakta tentang Gunung Anak Krakatau.
Anak Krakatau sendiri sering mengalami letusan, dan dari tahun 1928 hingga 1930, Anak Krakatau meletus bersamaan dengan letusan Sirseyan. Pada Jumat, 22 April 2022, Gunung Anakkrakatau kembali meletus. Itu memuntahkan banyak abu.
Berikut beberapa fakta Gunung Anak Krakatau yang berada di Siaga III.
Kumpulan data Gunung Anak Krakatau
1. Langka di seluruh dunia
Gunung Anak Krakatau telah menarik perhatian banyak peneliti karena formasi vulkanik samuderanya. Itu jarang terjadi di dunia dengan lalu lintas yang sangat terbatas. Ini memiliki empat tujuan penelitian yang berkontribusi pada promosi, pendidikan dan pengembangan pengetahuan Anak Krakatau sejauh ini menjadi subyek pengamatan dan penyelidikan kemungkinan definisi daerah berisiko.
2. letusan terus menerus
Selama ini aktivitas Anak Krakatau terus dipantau secara diferensiasi. Setelah 17 April 2022, letusan Tephra berubah menjadi letusan Atribolus pada 23 April 2022, bersama dengan lava yang terbakar. Karena gempa bumi terus meningkat besarnya, dampak penilaian energi seismik telah meningkat secara signifikan.
3. Abu Vulkanik Datang Ke Pemukiman Warga
Abu erupsi Krakatau telah mencapai pemukiman penduduk dan Anak Krakatau telah ditingkatkan ke Level 3 Siaga. Wabah tersebut melanda beberapa warga pesisir Banten, antara lain warga Karita, Panimbang, Labuan, Sigeulis, dan Pesisir-Sumur.
4. Pulau Yang Tidak Berpenghuni
Anak Krakatau memiliki luas sekitar 320 hektar dan kedua pulau tersebut tidak berpenghuni. Situs ini dulunya merupakan tujuan wisata yang populer, tetapi sejak 2011, wisatawan tidak dapat lagi mengunjungi puncak karena meningkatnya aktivitas di Gunung Anak Krakatau.
5. Bahaya longsor
BMTA tidak merekomendasikan orang kepada wisatawan Di masa lalu, potensi risiko longsoran Anak Krakatau telah menjadi ancaman terus-menerus yang harus dipantau dan diantisipasi. Hal ini terutama dioperasikan oleh lembaga yang bertanggung jawab untuk peringatan dini letusan gunung berapi seperti tsunami.
Baca Juga : Daftar Gunung Berapi Paling Tinggi Dan Menyeramkan Di Dunia